Punya anak menjelang ABG itu banyak sekali "seninya" ya... Apalagi anakku cowok, yang kata orang ibarat Venus dan Mars dengan diriku. Selama ini aku selalu mencari apa yang salah dengan anakku, menurut hasil psikotest IQ nya termasuk gifted tapi nilainya selalu di bawah rata-rata. Kami bolak-balik ke psikolog, melakukan terapi, tapi belum ada hasil. Ajaibnya lagi mereka juga mengatakan tidak ada kelainan pada anakku. Karena penasaran aku mulai rajin baca buku tentang psikologi anak, pengasuhan dan ikut seminar parenting.
Hari Minggu, 16 Juni 2013 kemarin aku ikut workshop di Klinik Mutiara Cikutra. Temanya sangat menarik yaitu Menjadi Orangtua Yang Soleh Dan Sholehah, oleh Bapak Firman Juliansjah (Kang Iman). Jika biasanya anak yang dibahas saat workshop parenting, pada sesi ini justru orangtua yang banyak dibahas. Komunikasi antara suami istri akan sangat besar dampaknya terhadap perkembangan emosi anak.
Biasanya pernikahan didasarkan atas romantisme cinta dan beberapa alasan lain yang semua bernama perasaan. Kehadiran anak, masalah pada pekerjaan, keuangan ataupun relasi antar pasangan menimbulkan stress. Pada tahap ini tanpa sadar kita memandang anak juga sebagai masalah, emosi negatif pada anak akan mengakibatkan perilaku negatif pada anak. Banyak pasangan memilih berpisah ketika sedang berada pada fase ini.
Pasangan yang bertahan akan memindahkan pernikahannya dari berdasarkan perasaan menjadi berdasarkan pikiran dan tanggung jawab. Pada fase ini biasanya pasangan akan mulai mencari kiat kebahagiaan rumah tangga, mengikuti seminar parenting ataupun datang pada konsultan pernikahan.
Kemudian pasangan akan lebih memahami posisi, dan bertanggung jawab pada kenyamanan perasaan masing-masing. Pada tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara pasangan dalam menyikapi perbedaan yang terjadi. Maka energi positif akan mulai terpancar, keluarga akan tenteram, nyaman, penuh empati dan toleransi. Energi positif ini akan terserap oleh anak, sehingga perilaku anak akan positif juga.
Keluarga akan dipenuhi kebahagiaan, sehingga kebersamaan, kemesraan dan keintiman akan terjalin kembali. Disinilah pasangan akan menemukan cinta sejati, keluarga yang penuh cinta akan menumbuhkan kebiasaan positif pada seluruh keluarga. Anak yang tumbuh dalam keluarga yang penuh cinta akan memiliki identitas diri yang positif. Jika anak sudah punya identitas diri positif, maka ia tidak akan terjerumus pada hal-hal negatif.
Karena itulah Kang Iman menggali lebih dalam pada hubungan pernikahan, agar tahu pernikahan kami ada dalam tahap mana. Pada akhir sesi Kang Iman melakukan hypnotherapy untuk menanamkan pikiran positif, diharapkan dengan adanya pikiran positif kita bisa lebih berempati dalam memahami anak dan pasangan.
Pasangan yang bertahan akan memindahkan pernikahannya dari berdasarkan perasaan menjadi berdasarkan pikiran dan tanggung jawab. Pada fase ini biasanya pasangan akan mulai mencari kiat kebahagiaan rumah tangga, mengikuti seminar parenting ataupun datang pada konsultan pernikahan.
Kemudian pasangan akan lebih memahami posisi, dan bertanggung jawab pada kenyamanan perasaan masing-masing. Pada tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara pasangan dalam menyikapi perbedaan yang terjadi. Maka energi positif akan mulai terpancar, keluarga akan tenteram, nyaman, penuh empati dan toleransi. Energi positif ini akan terserap oleh anak, sehingga perilaku anak akan positif juga.
Keluarga akan dipenuhi kebahagiaan, sehingga kebersamaan, kemesraan dan keintiman akan terjalin kembali. Disinilah pasangan akan menemukan cinta sejati, keluarga yang penuh cinta akan menumbuhkan kebiasaan positif pada seluruh keluarga. Anak yang tumbuh dalam keluarga yang penuh cinta akan memiliki identitas diri yang positif. Jika anak sudah punya identitas diri positif, maka ia tidak akan terjerumus pada hal-hal negatif.
Karena itulah Kang Iman menggali lebih dalam pada hubungan pernikahan, agar tahu pernikahan kami ada dalam tahap mana. Pada akhir sesi Kang Iman melakukan hypnotherapy untuk menanamkan pikiran positif, diharapkan dengan adanya pikiran positif kita bisa lebih berempati dalam memahami anak dan pasangan.
Ternyata jawaban mengenai masalah anakku sangat sederhana sekali. Jika saat bercermin ingin terlihat cantik, kita harus mandi dan berdandan. Perilaku anak mencerminkan perilaku orangtuanya, jika ingin anak yang sholeh dan sholehah maka orangtua yang sholeh dan sholehah. Semoga kita semua segera naik kelas menjadi orangtua yang sholeh dan sholehah dan segera menciptakan keluarga penuh cinta, bahagia dunia akhirat amiiiin.