Sabtu 18 Mei 2013 kemarin ikut seminar Menjadi Orangtua Hebat Melalui Komunikasi Efektif bersama bunda Rani Razak Noe'man. Aku geli campur sedih ketika ditanya "adakah di sini lulusan sekolah menjadi orangtua?" Kami jawab secara koor "nggaaaak....". Kenapa atuh berani punya anak, padahal belum punya ilmu untuk menjadi orangtua yang baik. Aduh bundaaaa di mana sih yang ada parent academy bunda ada-ada saja deeeh...
Tapi bukan berarti kita tidak bisa menikmati peran menjadi orangtua lho mom. Memang masih jarang yang mengadakan pelatihan cara merawat dan mendidik anak, tapi kita bisa mendapatkan ilmu dari seminar parenting ataupun dari buku. Dan dari sekian banyak buku yang aku baca, buku Amazing Parenting ini bisa jadi panduan dalam mendidik anak.
Ingatkah momen pertama perjumpaan kita dengan anak? dia begitu mungil dengan penuh syukur kita mendekapnya. Kemudian persoalan mulai datang, jam tidur berubah, capek mengurusi bayi sehingga kita tidak bisa menikmati peran menjadi orangtua. Belum lagi setelah dia sekolah timbul masalah dengan teman, pelajaranan yang sulit, juga pergaulan. Apalagi jika menonton berita tv tentang anak usia belasan dengan berbagai masalahnya tambah ngeri.
Masalah timbul karena kehadiran "miss" yang paling menyebalkan yaitu miss understanding, untuk menyelesaikannya dibutuhkan komunikasi yang baik antara anak dan orangtua. Aku pernah lupa mematikan kompor saat memanaskan sayur. Ketika pulang bau gosong menyambut, langsung aku "nge rap" pada Iyas "mas, masak bau gosong gini kompornya nggak dimatikan". Dia jawab hidungku mampet bu, "masa nggak kedengeran suara gemeretak panci gosong, nonton tv terus sih coba kalau rumahnya kebakar gimana".
Ups pasti pesan yang di tangkap Iyas adalah, ibu menyalahkan aku padahal dia sendiri yang ceroboh meninggalkan rumah dengan kompor menyala. Jika aku tadi langsung mematikan kompor, lalu minta maaf pada Iyas dan menyatakan betapa khawatirnya aku kalau sampai terjadi kebakaran, padahal dia sedang di rumah sendirian, pasti pesan "sayang" yang ditangkapnya.
Sering kita ingin di mengerti ketika kita sedang sibuk, capek, atau sedang ada masalah sehingga cepat marah. Tapi jarang sekali kita memperhatikan bahasa tubuh anak, padahal mungkin dia juga capek ataupun sedang ada masalah juga. Jika kita terbiasa membaca bahasa tubuh anak, kita akan menemukan saat yang tepat untuk menyampaikan keinginan kita.
Aku sering ngomel gara-gara pintu pagar yang tidak di tutup rapat. Setiap Iyas keluar atau masuk aku pasti langsung teriak tutup pagarnyaaaaaa, hasilnya nol besar. Suatu malam pas Iyas lagi nonton tv aku duduk di sebelahnya lalu aku matikan tv nya. Minta waktunya sebentar ya mas, "ibu cuma mau minta dua hal tolong pastikan pintu pagar tertutup dengan baik, dan kalau mau pegang komputer mau game ataupun mengerjakan tugas pastikan kamu sudah mengerjakan kumon dan membuang sampah" aku menatap matanya, bicara pelan dengan intonasi datar.
Hasilnya luar biasa mom, sekarang aku nggak perlu lagi marah karena pagar, pr kumon ataupun sampah, bisa awet muda tanpa night cream nih he he he...ternyata hanya perlu waktu 5 menit yang berkualitas untuk menyampaikan keinginan kita ^_^.
Sedangkan Idam suka ngambek jika keinginannya tidak di penuhi, biasanya bisa menghabiskan waktu 1 jam untuk meredakan ngambeknya. Belum lagi kalau nangisnya lama bakalan diakhiri dengan capek membersihkan muntahnya di lantai. Kemarin aku lagi sakit kepala sehingga menolak membacakannya cerita, karena biasanya dia minta dibacakan cerita sampai 10 kali. "Ya udah nggak usah deh ..." katanya sambil cemberut lalu ikutan naik ke kasur, kepalanya di tutup bantal.
Biasanya kalau sudah begitu ritual ngambeknya bakal di mulai, waduh bisa tambah sakit nih kepalaku. "Idam sedih karena ibu nggak mau baca cerita?" dia diam saja. "Padahal Idam ingin sekali dibacakan cerita..." aku elus kepalanya, "Kamu sedih ya..., gini deh kamu ingin di bacakan cerita sedangkan ibu lagi sakit, gimana kalau ibu baca ceritanya satu kali saja habis itu ibu istirahat?"
Ajaib banget mom dia langsung mengangguk lalu keluar mengambil buku, dan setelah aku bacakan cerita dia main sendiri sementara aku bisa rebahan.Ternyata dengan meluangkan 5 menit untuk berempati terhadap keinginannya, aku bisa tenang beristirahat tanpa harus meredakan ngambeknya. Jadi memang benar jika kita bisa berkomunikasi dua arah, kita akan mendapatkan solusi yang melegakan semua pihak tanpa ada yang merasa dikalahkan ^_^.
Masalah timbul karena kehadiran "miss" yang paling menyebalkan yaitu miss understanding, untuk menyelesaikannya dibutuhkan komunikasi yang baik antara anak dan orangtua. Aku pernah lupa mematikan kompor saat memanaskan sayur. Ketika pulang bau gosong menyambut, langsung aku "nge rap" pada Iyas "mas, masak bau gosong gini kompornya nggak dimatikan". Dia jawab hidungku mampet bu, "masa nggak kedengeran suara gemeretak panci gosong, nonton tv terus sih coba kalau rumahnya kebakar gimana".
Ups pasti pesan yang di tangkap Iyas adalah, ibu menyalahkan aku padahal dia sendiri yang ceroboh meninggalkan rumah dengan kompor menyala. Jika aku tadi langsung mematikan kompor, lalu minta maaf pada Iyas dan menyatakan betapa khawatirnya aku kalau sampai terjadi kebakaran, padahal dia sedang di rumah sendirian, pasti pesan "sayang" yang ditangkapnya.
Sering kita ingin di mengerti ketika kita sedang sibuk, capek, atau sedang ada masalah sehingga cepat marah. Tapi jarang sekali kita memperhatikan bahasa tubuh anak, padahal mungkin dia juga capek ataupun sedang ada masalah juga. Jika kita terbiasa membaca bahasa tubuh anak, kita akan menemukan saat yang tepat untuk menyampaikan keinginan kita.
Aku sering ngomel gara-gara pintu pagar yang tidak di tutup rapat. Setiap Iyas keluar atau masuk aku pasti langsung teriak tutup pagarnyaaaaaa, hasilnya nol besar. Suatu malam pas Iyas lagi nonton tv aku duduk di sebelahnya lalu aku matikan tv nya. Minta waktunya sebentar ya mas, "ibu cuma mau minta dua hal tolong pastikan pintu pagar tertutup dengan baik, dan kalau mau pegang komputer mau game ataupun mengerjakan tugas pastikan kamu sudah mengerjakan kumon dan membuang sampah" aku menatap matanya, bicara pelan dengan intonasi datar.
Hasilnya luar biasa mom, sekarang aku nggak perlu lagi marah karena pagar, pr kumon ataupun sampah, bisa awet muda tanpa night cream nih he he he...ternyata hanya perlu waktu 5 menit yang berkualitas untuk menyampaikan keinginan kita ^_^.
Sedangkan Idam suka ngambek jika keinginannya tidak di penuhi, biasanya bisa menghabiskan waktu 1 jam untuk meredakan ngambeknya. Belum lagi kalau nangisnya lama bakalan diakhiri dengan capek membersihkan muntahnya di lantai. Kemarin aku lagi sakit kepala sehingga menolak membacakannya cerita, karena biasanya dia minta dibacakan cerita sampai 10 kali. "Ya udah nggak usah deh ..." katanya sambil cemberut lalu ikutan naik ke kasur, kepalanya di tutup bantal.
Biasanya kalau sudah begitu ritual ngambeknya bakal di mulai, waduh bisa tambah sakit nih kepalaku. "Idam sedih karena ibu nggak mau baca cerita?" dia diam saja. "Padahal Idam ingin sekali dibacakan cerita..." aku elus kepalanya, "Kamu sedih ya..., gini deh kamu ingin di bacakan cerita sedangkan ibu lagi sakit, gimana kalau ibu baca ceritanya satu kali saja habis itu ibu istirahat?"
Ajaib banget mom dia langsung mengangguk lalu keluar mengambil buku, dan setelah aku bacakan cerita dia main sendiri sementara aku bisa rebahan.Ternyata dengan meluangkan 5 menit untuk berempati terhadap keinginannya, aku bisa tenang beristirahat tanpa harus meredakan ngambeknya. Jadi memang benar jika kita bisa berkomunikasi dua arah, kita akan mendapatkan solusi yang melegakan semua pihak tanpa ada yang merasa dikalahkan ^_^.